Selasa, 13 Agustus 2013

Anakku, Jadilah Penulis yang Baik


 Illustrasi : agsaoto.wordpress.com


Anakku, ibu tak pernah melarangmu untuk menggantungkan cita-citamu setinggi langit. Biarpun saat ini kehidupan kita pas-pasan, tapi ibu masih berharap jika saatnya tiba, Tuhan akan memberikan Rahmat dan karunianya kepada kita. Jangan khawatir, ibu akan berusaha semampu ibu untuk mewujudkan cita-citamu.

Dulu…..sewaktu kau masih kecil, ketika ibu tanyakan apa cita-citamu, dengan senyum manis engkau katakan pada ibu kalau kau ingin menjadi penulis hebat. Kau ingin menyuarakan suara hatimu lewat tulisan agar dapat dibaca oleh orang banyak. Tahukah kau anakku, saat itu ibu sempat kecewa? Ibu berharap kau akan menjawab” Ibu, aku ingin menjadi Dokter”, atau “Ibu, aku ingin menjadi seorang Politikus, Akuntan, Dosen” atau semacamnya yang ibu anggap sebuah profesi yang lebih menjanjikan masa depanmu.

Ini hanya berandai saja, anakku! Menjadi seorang dokter perlu biaya yang tidak sedikit, juga profesi lain yang ibu harapkan menjadi pilihanmu. Ibu sadari itu, sekali lagi ini hanya pengandaian. Saat ini ibu hanya dapat berdoa, sayang. Semoga Tuhan mendengar doa orang kecil seperti kita ini.

Oh ya, Nak. Apapun pilihanmu, ibu akan mendukungmu. Jika kau ingin menjadi penulis, ibu harap kau tidak melupakan kode etik dalam dunia tulis menulis. Jadilah engkau seorang penulis yang santun, yang nanti lewat tulisanmu dapat menyejukan hati pembaca. Mengajarkan kebaikan kepada sesama, mengajak pembaca karyamu untuk lebih peka dengan penderitaan sesama, pula memberikan gambaran kepada kaummu untuk menjadi seorang wanita yang mandiri.

Ahh… ibu melupakan kodratmu sebagai wanita, Nak. Sebagai penulis wanita, janganlah engkau membongkar aib orang lain, terutama aib kaummu. Jangan pula karena merasa telah hebat, hingga engkau menghina karangan orang lain. Ingatlah, Nak. Setiap insan ciptaanNya memiliki kelebihannya sendiri, tak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini. Kepandaian dan kecerdasan yang kau miliki hanya bersifat sementara, akan ada waktunya semua yang kau agungkan, yang kau anggap sebagai kelebihanmu akan tercabut darimu. Ibu tak ingin engkau mengharumkan namamu dengan cara menghina orang lain, apalagi kaummu sendiri.

Anakku, jadilah penulis yang punya prinsip, jangan ikut-ikutan menyebar fitnah demi ketenaran. Ketenaran yang hakiki bukan didapat dengan cara merendahkan orang lain. Hormati para seniormu juga adik-adikmu. Hendaknya engkau berbagi kebaikan kepada mereka yang membutuhkan. Ingatlah ilmu padi, anakku! Semakin berisi, ia akan semakin merunduk, amalkanlah ilmu itu nak, niscaya kemuliaan akan kau dapatkan.

Nak, janganlah engkau menjadi seorang yang munafik. Mungkin engkau bingung dengan celoteh ibu ini. Begini anakku, sebagai penulis engkau ibaratnya menceritakan peristiwa atau kehidupan orang lain kepada pembaca. Ibu berharap jangan demi sejumlah materi, engkau memutar balikan kenyataan, sehingga yang salah menurutmu kau tuliskan menjadi baik. Begitupun sebaliknya, apa yang menurut hati nuranimu baik, engkau bengkokan menjadi salah. Ada pepatah mengatakan bahwa tulisan itu terkadang lebih tajam dari sebilah pedang. Pepatah itu benar adanya, Nak.

Anakku, saat ini ibu hanya melihatmu dengan sembunyi-sembunyi dari bilik tempat tidur ibu. Berbekal lampu teplok yang cerobong kacanya agak menguning, ibu perhatikan engkau rajin menulis kejadian yang kau alami hari ini. Kau lakukan itu tiap malam, Nak. Tak terlewati barang semalam pun.

Pagi tadi, sempat ibu angkat celengan ayam milikmu, masih tidak terlalu berat. Kadang, ibu sisihkan pendapatan ibu untuk membantu menambah jumlahnya. Tak sering, hanya jika ibu mendapat rejeki lebih dari hasil mengumpulkan botol-botol plastik dari tempat pembuangan warga. Ibu tahu, kau sangat menginginkan sebuat mesin ketik manual, yang di pajang di toko Babah Ong, bukan? Ibu sering memergoki pandangan matamu terarah pada benda mahal itu, kadang engkau masuk dan menyentuh benda kesayanganmu itu. Tanpa kau sadari, mata ibu basah, ibu tak berdaya membelikannya untukmu, Nak.

Anakku, contohlah penulis hebat tapi rendah hatinya, jadilah engkau seperti mereka. Jika ibu tak sempat melihat keberhasilan engkau nanti, percayalah di alam sana ibu akan bangga memiki anak seperti engkau. Anakku, Jadilah Engkau penulis yang Baik.
*****
Tangerang, 08 Agustus 2013
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H
1330081616427711249
Desa Rangkat adalah komunitas yang terbentuk berdasarkan kesamaan minat dalam dunia tulis menulis fiksi. Jika berkenan silahkan berkunjung, berkenalan, dan bermain peran dan fiksi bersama kami di Desa Rangkat

0 komentar:

Posting Komentar