Illustrasi : agsaoto.wordpress.com
Anakku, ibu tak pernah melarangmu untuk
menggantungkan cita-citamu setinggi langit. Biarpun saat ini kehidupan
kita pas-pasan, tapi ibu masih berharap jika saatnya tiba, Tuhan akan
memberikan Rahmat dan karunianya kepada kita. Jangan khawatir, ibu akan
berusaha semampu ibu untuk mewujudkan cita-citamu.
Dulu…..sewaktu kau masih kecil, ketika
ibu tanyakan apa cita-citamu, dengan senyum manis engkau katakan pada
ibu kalau kau ingin menjadi penulis hebat. Kau ingin menyuarakan suara
hatimu lewat tulisan agar dapat dibaca oleh orang banyak. Tahukah kau
anakku, saat itu ibu sempat kecewa? Ibu berharap kau akan menjawab” Ibu,
aku ingin menjadi Dokter”, atau “Ibu, aku ingin menjadi seorang
Politikus, Akuntan, Dosen” atau semacamnya yang ibu anggap sebuah
profesi yang lebih menjanjikan masa depanmu.
Ini hanya berandai saja, anakku!
Menjadi seorang dokter perlu biaya yang tidak sedikit, juga profesi lain
yang ibu harapkan menjadi pilihanmu. Ibu sadari itu, sekali lagi ini
hanya pengandaian. Saat ini ibu hanya dapat berdoa, sayang. Semoga Tuhan
mendengar doa orang kecil seperti kita ini.
Oh ya, Nak. Apapun pilihanmu, ibu akan
mendukungmu. Jika kau ingin menjadi penulis, ibu harap kau tidak
melupakan kode etik dalam dunia tulis menulis. Jadilah engkau seorang
penulis yang santun, yang nanti lewat tulisanmu dapat menyejukan hati
pembaca. Mengajarkan kebaikan kepada sesama, mengajak pembaca karyamu
untuk lebih peka dengan penderitaan sesama, pula memberikan gambaran
kepada kaummu untuk menjadi seorang wanita yang mandiri.
Ahh… ibu melupakan kodratmu sebagai
wanita, Nak. Sebagai penulis wanita, janganlah engkau membongkar aib
orang lain, terutama aib kaummu. Jangan pula karena merasa telah hebat,
hingga engkau menghina karangan orang lain. Ingatlah, Nak. Setiap insan
ciptaanNya memiliki kelebihannya sendiri, tak ada manusia yang sempurna
di muka bumi ini. Kepandaian dan kecerdasan yang kau miliki hanya
bersifat sementara, akan ada waktunya semua yang kau agungkan, yang kau
anggap sebagai kelebihanmu akan tercabut darimu. Ibu tak ingin engkau
mengharumkan namamu dengan cara menghina orang lain, apalagi kaummu
sendiri.
Anakku, jadilah penulis yang punya
prinsip, jangan ikut-ikutan menyebar fitnah demi ketenaran. Ketenaran
yang hakiki bukan didapat dengan cara merendahkan orang lain. Hormati
para seniormu juga adik-adikmu. Hendaknya engkau berbagi kebaikan kepada
mereka yang membutuhkan. Ingatlah ilmu padi, anakku! Semakin berisi, ia
akan semakin merunduk, amalkanlah ilmu itu nak, niscaya kemuliaan akan
kau dapatkan.
Nak, janganlah engkau menjadi seorang
yang munafik. Mungkin engkau bingung dengan celoteh ibu ini. Begini
anakku, sebagai penulis engkau ibaratnya menceritakan peristiwa atau
kehidupan orang lain kepada pembaca. Ibu berharap jangan demi sejumlah
materi, engkau memutar balikan kenyataan, sehingga yang salah menurutmu
kau tuliskan menjadi baik. Begitupun sebaliknya, apa yang menurut hati
nuranimu baik, engkau bengkokan menjadi salah. Ada pepatah mengatakan
bahwa tulisan itu terkadang lebih tajam dari sebilah pedang. Pepatah itu
benar adanya, Nak.
Anakku, saat ini ibu hanya melihatmu
dengan sembunyi-sembunyi dari bilik tempat tidur ibu. Berbekal lampu
teplok yang cerobong kacanya agak menguning, ibu perhatikan engkau rajin
menulis kejadian yang kau alami hari ini. Kau lakukan itu tiap malam,
Nak. Tak terlewati barang semalam pun.
Pagi tadi, sempat ibu angkat celengan
ayam milikmu, masih tidak terlalu berat. Kadang, ibu sisihkan pendapatan
ibu untuk membantu menambah jumlahnya. Tak sering, hanya jika ibu
mendapat rejeki lebih dari hasil mengumpulkan botol-botol plastik dari
tempat pembuangan warga. Ibu tahu, kau sangat menginginkan sebuat mesin
ketik manual, yang di pajang di toko Babah Ong, bukan? Ibu sering
memergoki pandangan matamu terarah pada benda mahal itu, kadang engkau
masuk dan menyentuh benda kesayanganmu itu. Tanpa kau sadari, mata ibu
basah, ibu tak berdaya membelikannya untukmu, Nak.
Anakku, contohlah penulis hebat tapi
rendah hatinya, jadilah engkau seperti mereka. Jika ibu tak sempat
melihat keberhasilan engkau nanti, percayalah di alam sana ibu akan
bangga memiki anak seperti engkau. Anakku, Jadilah Engkau penulis yang
Baik.
*****
Tangerang, 08 Agustus 2013
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H
0 komentar:
Posting Komentar