Jam dinding dalam ruanganku menunjukkan jam 12:00 tepat . Seraya bangkit dari tempat duduk, kuluruskan punggungku, terasa enakkan sedikit. Cacing-cacing dalam perutku sudah protes minta asupan makanan, ada yang menendang, meninju, bahkan joget-joget hingga menyebabkan perih dalam perutku. Maklum, tadi pagi karena bangun kesiangan aku tak sempat sarapan, makanya dari jam 11:00 tadi sinyal dari dalam perut sudah dikirim ke otakku.
Dengan
tergesa kubereskan file-file di atas meja kerjaku, mengunci ruanganku
dan segera meluncur mencari makanan favoritku, gado-gado. Ahhhh…… dalam
kondisi lapar begini rasanya sandal di kecapin juga terasa enak,
hahahaha… begitulah seloroh teman-teman kantorku jika menderita lapar
yang akut.
Beruntung
aku, kantin tidak begitu ramai kala aku sampai di sana. Masih banyak
bangku kosong sehingga aku tak perlu bersusah payah berebutan dengan
pemangsa yang lain. Langsung saja kuletakkan pantatku si salah satu
kursi kosong yang kuanggap strategis , di pojok dan terhalang tembok
penyanggah gedung.
Tak
perlu menunggu lama pesananku telah diantar ke mejaku. Seraya
mengucapkan terima kasih mulailah ritual santap menyantap kulakukan,
tentu saja sebelumnya kuucapkan syukur atas makanan yang kudapat hari
ini. Tak perduli dengan orang-orang di sekitarku yang kurasa makin
banyak memenuhi ruangan kantin, kupindahkan gado-gado dari piring ke
perutku. Ahhh….. nikmat rasanya.
Tinggal
beberapa suap sisa gado-gado dalam piringku, tiba-tiba aku di kejutkan
dengan jatuhnya bola bekel di dekat kakiku. Dengan segera kupungut bola
itu sambil mencari siapa pemiliknya. Nampak olehku seorang anak
perempuan berumur lebih kurang tiga tahun dengan rambut di kepang dua,
sangat cantik dan pasti akan menimbulkan rasa suka bagi orang-orang yang
memandangnya. Dengan langkah takut-takut ia datang menghampiriku seraya
berkata “ tante, boleh Vimala minta bolanya? Maaf….. tadi nggak sengaja
bolanya jatuh dan menggelinding ke tempat tante”.Ohh… rupanya nama anak
cantik ini adalah Vimala!
“ Tentu saja boleh, sayang…. “ kujawab seraya
menyerahkan bola bekel ke tangan mungilnya. Rasanya ingin kumenahan
anak itu untuk berlama-lama di dekatku, aku suka anak ini….entah mengapa
timbul rasa sayangku terhadapnya. Ada apa ini, saudara bukan…,
keponakan juga bukan , bahkan melihat saja baru hari ini. Tapi mengapa
seolah aku mengenal bentuk wajah anak ini? Serasa tak asing bagiku,
apakah sebelumnya aku pernah mengenalnya atau pernah bertemu dengannya
tapi aku lupa kapan dan dimana?
Dari
jarak beberapa meja di depanku terdengar panggilan wanita muda
memanggil nama Vimala, ternyata wanita muda itu adalah ibu sang anak.
Anak yang cantik lahir dari seorang ibu yang jelita memang sudah
sepantasnya. Alangkah bahagianya wanita muda itu mempunyai anak yang
cantik dan cerdas. Seketika aku membayangkan tentu sang ayah juga
rupawan hingga menghasilkan anak yang semanis dan secantik Vimala.
Tiba-tiba wanita muda itu menghampiri mejaku seraya berkata” maaf mbak,
anak saya sudah mengganggu acara makannya” sambil tersenyum kujawab
dengan ” tak apa, aku juga sudah selesai makan, kok”.
Sebelum
ibu dan anak meninggalkan mejaku tiba-tiba kudengar suara seorang
laki-laki “ ma, sudah selesai makannya? Ayoo kita pulang, sebentar lagi
nampaknya akan turun hujan”.
Mendengar suara ini membuat tubuhku
bergetar, aku sangat mengenal suara ini sembilan tahun yang lalu, tapi
mungkinkah….. atau di dunia ini ada dua orang memiliki suara yang sama,
tidak mustahil bukan? Segera kutoleh kearah datangnya suara tadi. Oh My
God, ternyata dia……., dia yang selama sembilan tahun kucari dan dia yang
telah berjanji denganku untuk bertemu setelah sepuluh tahun dari
tanggal perjanjian kami, kini hanya tinggal setahun lagi batas
perjanjian itu akan selesai.
Selama ini aku terus menunggu sambil
berharap penantianku tak sia-sia, tinggal setahun lagi aku akan bertemu
dengannya dan merajut kembali hubungan kami yang sempat terjalin di usia
yang masih ingusan ,dimana waktu itu kami dianggap oleh para orang tua
belum pantas untuk merajut sepotong kasih. Dengan tekad bulat dan
keyakinan tinggi kami buat perjanjian untuk bertemu sepuluh tahun
kemudian dalam kondisi apapun. Karena aku percaya akan keteguhan
hatinya, akupun dengan setia menjaga hatiku untuknya. Tak sekalipun kubuka sepotong hatiku untuk orang lain.
Sempat
kulihat wajah laki-laki itu terkejut menatapku seolah tak percaya .
Terlanjur sakit hati ini kurasa, dengan langkah gontai kulangkahkan
kakiku meninggalkan kantin. Berusaha nampak gagah seolah tak terpengaruh
dengan kehadiran laki-laki itu, kutegakkan tubuhku dan melangkah
dengan gagah. Aku tak ingin terlihat seperti seorang pecundang! Tak
kupedulikan teriakannya memanggil namaku. Aku telah patah hati,
yach…..aku patah hati! Mana keteguhan hati yang kau ucapkan dulu,……..
mana janji setia yang kau yakinkan kepadaku saat itu?
Sungguh
sulit aku menjalani hari ini, semua konsentrasiku buyar. Pekerjaan yang
tadinya harusnya rampung hari ini, menjadi mentah tak tersentuh. Tuhan,
hari ini Engkau telah menjawab penantianku selama ini. Kau sadarkan aku
sebelum waktu penantianku sampai pada batas yang kami janjikan. Walau
terasa berat , toh kehidupan tetap harus berjalan, bukan? Tolong ,
berikan aku kekuatan untuk terus melanjutkan kehidupanku….ahh…. dunia
belum berhenti berputar, aku harus bangkit….aku harus kuat dan aku
percaya Engkau merencanakan yang terbaik untukku.
Setelah
berminggu-minggu aku tenggelam dalam kegundahan dan kesedihan yang
melumpuhkan seluruh semangatku, akhirnya aku berpikir tak ada gunanya
kesedihan ini kuratapi. Benar para orang tua kami dulu mengatakan masih
banyak yang akan terjadi dengan kami dalam rentang waktu sepuluh tahun,
dimana usia kami waktu itu masih sangat labil. Yang pasti dia bukan
diciptakan untukku, ada wanita lain yang di gariskan menjadi
pasangannya, dan aku harus berjuang melanjutkan kehidupanku. ” …….maka
disinilah aku berdiri sekarang menatap cakrawala, dan menitipkan sebuah
doa yang penuh harapan untuk hari esok…..“ dan ku yakin akupun akan
menemukan seseorang yang akan menjadi pasangan hidupku kelak ,yang akan
membimbingku serta mendampingiku dalam suka maupun duka, bersama
denganku meniti sisa hari-hari yang di berikanNya untukku.
Cukup sudah
penantianku selama ini, ternyata telah kusia-siakan waktuku hanya untuk
menanti seseorang yang tidak mengharapkanku menjadi pendampingnya. Tapi
aku tidak menyesal melakukan itu, perasaan seseorang tak akan mampu
dikontrol oleh orang lain, hanya pemiliknyalah yang mampu
mengendalikannya, aku berjanji dalam hatiku akan kulupakan engkau
dihari-hariku selanjutnya dan akan kubuka pintu hatiku lebar-lebar untuk
menerima laki-laki lain . Biarlah kubungkus semua kenangan tentang kita
rapat-rapat dan kuletakkan disudut hatiku yang paling dalam serta
berharap bungkusan itu tidak akan mengusik kehidupanku selanjutnya.
Semoga aku di berikan kemudahan untuk itu ,dengan di dampingi
orang-orang yang menyayangiku, ku yakin aku akan kuat.
******\
Dua
tahun kemudian, di ruangan tamu rumahku telah lengkap berkumpul seluruh
anggota keluargaku, malam ini keluarga kami akan kedatangan tamu agung.
Mas Kemal akan membawa kedua orang tuanya untuk melamarku. Dia
laki-laki yang baik dan menyayangiku dengan tulus. Bersamanya,
kuletakkan semua harapanku untuk menjalani kehidupanku selanjutnya.
Semoga Tuhan mempermudah jalan kami ke depan.
0 komentar:
Posting Komentar