Gambar : savingmemoir.wordpress.com
Suara derai hujan bagai irama jeritan hatiku
Mengiris pilu tanpa ku tahu apa sebabnya
Sebersit kenangan lalu mengusik kalbu
Derai hujan, wakilkan aku tuk sampaikan salam rinduku padanya
.
Diafragma melintas di depanku
Secara impulsif menggodaku untuk menyapamu
Andai tak ku tanggung rasa malu dalam hatiku
Tak kan dua kali ku berpikir tuk segera menghubungimu
.
Termangu ku tatap di luar jendela
Tampak olehku sehelai daun jatuh tertiup angin
Bencikah, marahkah sang daun kepada angin,
Yang telah membuatnya terpisah dari bagiannya?
.
Menanti pelangi kan datang setelah hujan reda
Apatah tak sia-sia penantian yang ku lakukan
Akankah pelangi itu akan datang menghiasi angkasa?
Ataukah itu hanya fatamorgana?
Mengiris pilu tanpa ku tahu apa sebabnya
Sebersit kenangan lalu mengusik kalbu
Derai hujan, wakilkan aku tuk sampaikan salam rinduku padanya
.
Diafragma melintas di depanku
Secara impulsif menggodaku untuk menyapamu
Andai tak ku tanggung rasa malu dalam hatiku
Tak kan dua kali ku berpikir tuk segera menghubungimu
.
Termangu ku tatap di luar jendela
Tampak olehku sehelai daun jatuh tertiup angin
Bencikah, marahkah sang daun kepada angin,
Yang telah membuatnya terpisah dari bagiannya?
.
Menanti pelangi kan datang setelah hujan reda
Apatah tak sia-sia penantian yang ku lakukan
Akankah pelangi itu akan datang menghiasi angkasa?
Ataukah itu hanya fatamorgana?
*****
Dalam perjalanan pulang kala hujan sore ini.
0 komentar:
Posting Komentar