Kulangkahkan
kakiku dengan pikiran melayang. Kepulanganku kali ini sama sekali tidak
ku rencanakan sebelumnya. Sebenarnya aku belum siap untuk pulang, jika
tak kuterima kabar pagi tadi yang disampaikan sahabatku , Lusi.
“Bella,
kau harus pulang hari ini juga….!! Ibumu sakit, saat ini sedang di
rawat di RS dalam keadaan kritis. Seseorang bernama Krisna tadi menitip
pesan padaku untuk kusampaikan kepadamu”
Gelas
yang ada dalam genggamanku jatuh dan pecah berantakan, tubuhku oleng dan
aku sudah tak mengingat apa yang terjadi selanjutnya. Ahhhh…… ibu,
maafkan aku!! “tunggu aku pulang bu, beri aku kesempatan untuk mohon
ampun padamu atas semua dosa dan salah yang telah kulakukan” jeritku
dalam hati.
Dan kini, selama dalam perjalananku
semua peristiwa yang menyakitkan itu terbayang dengan jelas. Panas
dingin kurasakan di sekujur tubuhku, apa yang terjadi padamu ibu, apakah
Krisna tidak merawatmu dengan baik? Beribu tanya dalam benakku.
Awas
saja dia, kalau sampai ia menelantarkan ibu!! Setelah semua yang
seharusnya menjadi milikku direbutnya semua, kasih sayang kedua orang
tuaku dan menikmati harta keluargaku. Sedangkan aku yang anak kandung
mereka harus tergusur dari rumah.
Sejak bapak
membawa dia ke rumah 15 tahun yang lalu, aku sangat menyukainya. Kala
itu umurku 9 tahun dan dia 13 tahun. Menurut bapak, Krisna adalah anak
sahabatnya. Orang tua Krisna meninggal dalam kcelakaan lalu lintas.
Bapak merasa bertanggung jawab atas nasib anak sahabatnya, dan Krisna
juga anak yang cerdas dan tahu menempatkan diri. Bagiku… dia adalah
teman sepermainanku walaupun umur kami bertaut cukup jauh, 4 tahun. Dia
juga pelindungku dari jahilnya teman-temanku waktu itu, selalu siap
menjagaku. Tak ada yang tak bisa dia lakukan untukku, setiap aku minta
tolong atau membutuhkan bantuan darinya.
Bagiku
dia sosok yang sangat mengagumkan, sosok idolaku! Salahkah jika secara
perlahan timbul rasa cinta kasih terhadapnya, bukan cinta antara kakak
dengan adik, tetapi cinta seorang perempuan terhadap laki-laki? Walau
saat itu umurku masih remaja, aku sudah mengenal cinta yang kurasakan
sebagai cinta asmara.
Kuingat malam itu, setelah
usai pesta yang diadakan di sekolahku dalam rangka perpisahan, aku
pulang dalam keadaan setengah mabuk. Antara sadar dan tidak, ketika
pintu rumah dibuka Krisna aku membuka semua rahasia hatiku terhadapnya,
merayunya dengan kelakuan yang tidak sepantasnya kulakukan!! Dia
menolakku….. ternyata dia menolakku!! …. bahkan menamparku dengan
keras!! Sakit yang kurasa pada pipiku belum seberapa jika di bandingkan
dengan sakit hati yang kurasakan….
Bukannya sadar
dengan kelakuanku, malah emosiku semakin bertambah! Selama ini aku tidak
mengenal kata-kata penolakan, bagiku setiap kata-kataku hukumnya
harus!!! Anak manja dari sebuah keluarga berada, yang setiap
keinginannya harus dituruti. Tapi malam itu aku harus mengenal bagaimana
rasanya sebuah penolakan. Pil pahit harus kutelan dengan terpaksa, dan
betul-betul pahit akibatnya.
Paginya aku bangun
dengan mata sembab, kumohon pada bapak agar mengusir Krisna dari
keluargaku. Kupaksa orang tuaku untuk memilih antara aku dengan Krisna,
dalam pikiranku waktu itu manalah mungkin bapak tega jika aku yang harus
keluar dari rumah. Kepada ibu, aku cari dukungan agar rencanaku mulus,
dan biasanya ibu akan luluh dengan permintaanku.
Akan
tetapi tidak untuk pagi itu! Walaupun bapak berusaha menghiburku untuk
menarik permintaanku tetap saja beliau tidak mengizinkan Krisna keluar
dari keluarga kami. Sedang ibu,…..sama sekali tidak ada pembelaan
untukku seperti biasanya. Rupanya sosok Krisna telah mencuri hati bapak
dan ibuku. Dengan alasan Krisna adalah tangan kanan bapak di perusahaan,
bapak merasa keberatan kalau dia harus pergi dari keluarga kami. Dan
ibu menganggap permintaanku mau menang sendiri, memang untuk mengusir
Krisna dari rumah aku sudah mengarang sebuah cerita dengan memutar
balikkan fakta. Aku melaporkan kepada orang tuaku bahwa Krisnalah yang
telah berusaha menggodaku, berusaha bersikap kurang ajar terhadapku.
Herannya Krisna sama sekali tidak menyangkal apa yang telah kutuduhkan
kepadanya.
Orang tuaku tak bergeming dengan
penuturanku, bahkan sinar kemarahan dari dari dua pasang mata orang
tuaku seakan hendak membakarku. Dua kali tamparan kudapatkan dari
telapak tangan ibuku, tangan itu biasanya selalu membelaiku dengan
lembut. Rupanya kejadian semalam telah diketahui oleh ibu, dan ibu telah
menyaksikan sendiri ulah tak tahu malu dari anak gadisnya. Aku telah di
permalukan di hadapan Krisna!
Karena merasa tak
terima dengan perlakuan orang tuaku, aku nekad pergi dari rumah dengan
membawa baju-baju seadanya. Kota Yogjakarta adalah tujuanku. Mulailah
aku hidup tak beraturan melampiaskan kekecewaanku terhadap keadaan, yang
kuanggap tak seorangpun tahu bagaimana perasaanku. Ohhh……yach, aku
tidak takut akan kehabisan uang, karena setiap bulan bapak selalu
mentransfer sejumlah uang yang berlebih untuk biaya kehidupanku.
Tanpa
setahuku, ternyata orang tuaku mengirimkan seseorang untuk selalu
menjagaku agar tak terjerumus dalam pergaulan bebas. Akhirnya aku bosan
dengan kehidupanku yang tidak punya arah yang jelas. Aku mulai mengatur
kehidupanku, akan kutunjukan kepada orang tuaku bahwa aku bisa menjadi
anak baik-baik dan membanggakan mereka. Akan kurebut kembali kasih
sayang orang tuaku yang seharusnya menjadi hakku. Beberapa kali utusan
ayah membujukku agar pulang, tapi kutolak dengan tegas. Aku tak terlalu
mengkhawatirkan orang tuaku, karena aku percaya Krisna akan menjaga
orang tuaku seperti dia menjaga orang tuanya sendiri.
Aku
akan melanjutkan sekolahku, ya…. aku harus berbenah diri jika tak ingin
menjadi pecundang!!Kujalani kuliah di sore hari dan paginya aku bekerja
di sebuah perusahaan swasta. Biarpun aku tidak kekurangan uang, tapi
aku sedapat mungkin menggunakannya untuk hal-hal yang lebih penting.
Untuk kehidupan sehari-hari dari gajiku aku mampu menutupinya, sedang
uang kuliah baru aku gunakan tabungan dari orang tuaku. Aku lulus dalam
waktu relatif singkat, dan sekarang aku telah menjadi marketing manager
di perusahaan tempatku bekerja.
Selama terpisah
dari Krisna dan keluargaku, aku sama sekali belum mendapat pengganti
Krisna, bagiku tak seorangpun yang dapat mengganti posisi dia di hatiku.
Tak seorangpun yang memiliki keistimewaan seperti yang dimiliki Krisna!
Bukan aku tak pernah mencoba menerima pernyataan cinta dari laki-laki
lain, akan tetapi tetap saja aku tak bisa. Aku tak bisa membohongi
diriku sendiri kalau aku tak bisa mencintai mereka.
Bagaimana
sosok Krisna sekarang, apakah dia sudah berkeluarga dan berapa anaknya
saat ini? Satukah…duakah,…. atau bahkan tiga, empat? Siapa perempuan
yang beruntung menjadi istrinya? Bagaimana sikapku nanti ketika bertemu
dengannya, juga istri dan anak-anaknya? Akan sanggupkah aku menerima
kenyataan melihat orang yang kucintai milik orang lain? Pertanyaan
-pertanyaan itu membuat kepala sakit dan akhirnya aku tertidur.
*****
Kulangkahkan
kakiku di sepanjang koridor rumah sakit, terasa lenggang ……yang
terdengar hanya detak sepatuku. Rasanya aku ingin berlari menghampirimu
ibu, rasa sesal begitu menyesak dadaku. Mengapa selama ini kupelihara
rasa gengsi untuk pulang ke rumah? Padahal…. demi Tuhan, aku merindukan
semuanya, Bapak…Ibu, dan juga Krisna!
Kulihat ibu
terbaring tak berdaya di atas ranjangnya, serasa mau menjerit aku
melihat penderitaanmu, ibu! “Ibu,…. anakmu sudah pulang, bangun …bu!
Bella pulang, Bella mohon ampun atas kesalahan Bella selama ini. Bella
menyayangi ibu, tak sedikitpun Bella bermaksud menyakiti ibu. Ibu ….
buka matamu, lihatlah Bella sekarang, sudah tak egois lagi. Bella janji
akan menuruti apapun permintaan ibu!”
Kulihat
airmata keluar dari mata ibu. Ibu mendengar kata-kataku, ibu tahu aku
ada di sampingnya dan ibu telah sadar!! Terima kasih Tuhan, aku masih
diberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaanku, aku di beri
kesempatan untuk memohon ampun atas dosaku terhadap perempuan mulia
ini.Segera kupanggilkan dokter untuk memeriksa ibu, ahh….. Terima kasih
Tuhan!!!
Entah karena informasi dari dokter, atau
memang biasanya begitu sore itu Krisna muncul di rumah sakit, dan dia
datang sendirian!! Tampak gagah dengan kemeja lengan panjang warna biru
dan celana panjang hitam. Agak kaget dia melihatku, dan langsung
menghampiri ibu. Tak sedikitpun dia peduli aku, apakah masih ada sisa
kemarahannya terhadapku?
“ Bu, Anak manja ibu
telah kembali. Dia baik-baik saja, bu. Ibu lihat, sekarang Bella telah
berubah menjadi gadis dewasa. Ibu tak perlu mengkhawatirkan dia” itu
kata-kata yang sempat tertangkap telingaku kala Krisna membisikannya
pada ibu. Kurasakan ada nada sindiran di sana, dalam pandangan dia tentu
aku anak yang egois, mengabaikan perasaan orang tua demi egoku sendiri.
Tak
tahan dengan sindiran itu, aku keluar dari ruangan ibu. Lebih baik aku
menenangkan diri di taman rumah sakit, kebetulan ada bangku di bawah
pohon entah apa nama pohonnya aku tidak tahu.Sedih sekali melihat sikap
Krisna kepadaku, dan kusadari dia berhak untuk marah kepadaku. Kututup
wajahku dengan kedua telapak tanganku, menahan tangis yang dari tadi
kutahan sekuatku. Tak perlu kusembunyikan lagi tangisku, biar saja
kukeluarkan semua sesak di dada ini.
Entah berapa
lama kutenggelam dalam kesedihan, aku merasa ada seseorang yang membelai
rambutku dan memegang bahuku. Dengan reflek aku memandang ke arah orang
itu, dan……ternyata Krisna yang melakukannya. Ternyata masih ada
kepeduliannya terhadapku.
“ Belum puas kau menyindirku, rupanya? Apa lagi yang akan kau katakan kepadaku?” ujarku
“Aku
tak bermaksud menyindir atau menyakitimu, hanya ingin membuka matamu
untuk melihat keadaan keluargamu, keluarga kita. Tidakkah tergerak
hatimu untuk kembali ke rumah kita? Jika kau keberatan aku ada di situ,
aku akan pergi dari rumah kita” ucapmu. Aku menggelangkan kepala
pertanda, sama sekali aku tak keberatan dengan keberadaannya di rumah.
“Mana
anak dan istrimu,mas? Apakah mas langsung dari kantor bareng bapak
tadi? Kok bapak tidak ikut mas ke rumah sakit?” tanyaku beruntun.
“Bapak
pulang ke rumah dulu mengambil pakaian ganti untuk ibu. Anak dan
istriku ……? dari mana kau mengambil kesimpulan aku telah beristri dan
mempunyai anak?” tanya Krisna heran.
Ternyata
dugaanku salah, Krisna belum berkeluarga. Ada seberkas rasa manis di
dalam hatiku, bagaimanapun aku masih memendam rasa cinta kepada, dan
hanya untuknya.
“Aku menunggumu,Bel. Bella kecilku
sekarang sudah dewasa, sudah saatnya kukatakan kepadamu kalau aku sudah
mencitaimu sejak kau remaja. Sebelum kejadian malam itu” katanya sambil
menggenggam tanganku.
“Mengapa malam itu kau menolakku?” ujarku dengan marah
“Saat
itu kau masih labil, aku takut kau akan menyesal nanti dengan
perkataanmu. Dan aku akan merasa sangat bersalah jika sampai
mengecewakanmu, juga orang tuamu yang telah berbaik hati kepadaku. Aku
tak mungkin membalas kebaikan mereka dengan air tuba dengan berpacaran
dengan anak mereka yang masih remaja” katamu menjelaskan.
“Dan
sekarang aku berani mengatakannya kepadamu, karena aku tahu kau
bukanlah Bella kecil lagi, kau perempuan dewasa dengan segala kelebihan
dan kekuranganmu. Maukah kau menerima aku, Bel?” Tanyamu penuh harap
Sungguh
indah kalimat yang diucapkan Krisna, kata-kata itu sudah kunantikan
sejak dulu! Sejak aku berseragam putih abu-abu. Lebih baik terlambat
bukan, jika berakhir indah? Untuk apa aku mempertahakan egoku, lebih
baik aku luapkan kebahagiaanku yang tertunda. Aku berdiri dan memeluknya
dengan erat,….. Krisnaku, aku mencintaimu dari dulu sampai sekarang dan
sampai akhir hayatku……..
*****
“
Pabila cinta memanggilmu….ikutilah dia, walau jalannya berliku. Dan
pabila sayapnya merangkummu….pasrahlah serta menyerah, walau pedang
tersembunyi di sela sayap itu melukaimu” (Khalil Gibran)
0 komentar:
Posting Komentar