Dari kecil, bahkan sejak dapat mengeja kata-kata aku sudah menyukai cerita dongeng. Mulai dari cerita Timun Mas sampai dongeng saduran dari luar seperti Cinderella, Putri Salju dan Little Mermaid. Yang terakhir ‘ Little Mermaid’ paling kusuka. Mungkin otak tuaku mulai berkarat, hanya beberapa dongeng-dongeng yang telah kubaca masih nyantel di kepalaku sedang sebagian besar raib dalam ingatan. Paling yang ingat hanya sepotong-sepotong. Di saat anak-anak minta diceritakan dongeng waktu mau tidur, kadang awalnya kisah tentang Cinderella tapi endingnya menjadi cerita Putri Salju.
“Little Mermaid” ditulis oleh Hans Christian Andersen, pertama kali diterbitkan pada tahun 1837. Dalam versi Disney, tokoh putri duyung mendapatkan kembali suaranya dan menikah dengan pangeran. Tetapi versi Hans Christian Andersen tidak berakhir dengan kebahagiaan. Mungkin beliau ingin menekankan pada tragedi cinta yang bertepuk sebelah tangan.
***
Beginilah cerita Putri Duyung yang masih nyantel dalam otakku:
Putri duyung adalah Putri bungsu dari raja laut. Dia hidup bersama ke lima saudara perempuannya. Putri bungsu adalah putri yang tercantik di antara saudara-saudaranya dan terkenal memiliki suara yang merdu.
Pada suatu hari sebuah kapal dari kerajaan daratan tenggelam karena badai dahsyat, sang putri bungsu melihat seorang manusia terdampar, yang ternyata seorang pangeran. Putri bungsu langsung jatuh hati pada pangeran tersebut. Dia menyelamatkan sang pangeran kemudian kembali lagi ke dasar laut.
Sesampai di dasar laut, putri duyung merenung akan perasaan cintanya dan berputus asa, sebab ia tahu manusia tidak dapat hidup di air dan putri duyung juga tak dapat berjalan di daratan. Namun karena perasaan cintanya tak dapat lagi dibendung, ia mendatangi seorang penyihir jahat untuk meminta bantuan. Si penyihir bersedia membantu putri duyung dengan memberinya sepasang kaki layaknya kaki manusia akan , sebagai imbalannya si putri duyung harus menggantinya dengan memotong lidahnya.
Dalam pikiran putri duyung kalau sudah dapat berjalan, tak bisa berbicara dan bernyanyi tak apa. asalkan dia dapat berjalan dan menyerupai manusia normal. Ada lagi pengorbanan yang harus ditebus mahal oleh sang putri duyung, jika sang pengeran menolaknya maka, ia akan mati dan berubah menjadi buih-buih di lautan.
singkat cerita pangeran bertemu dengan putri duyung yang kini telah memiliki sepasang kaki dan tangan.Keduanya menjadi teman sejalan dan tak terpisahkan, selalu bersama kemana pun. Karena putri duyung tak dapat bicara dan menulis , mereka tidak dapat berkomunikasi dengan apapun. Hanya dengan pancaran kedua matanya putri duyung berusaha mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
Putri duyung merasa cukup berbahagia dengan keaadaan seperti itu, yang penting baginya ia dapat bersama dengan sang pangeran, tapi ia juga kesakitan. Sebab setiap kali kakinya melangkah ia merasa sangat sakit apalagi tidak ada kepastian apakah pangeran akan menjadikannya sebagai permaisuri.
Akhir cerita pangeran ternyata menikah dengan seorang putri dari bangsa manusia yang dapat bicara dan putri duyung pun berubah menjadi buih-buih di laut.
****
Pelajaran apa yang dapat dipetik dari cerita putri duyung? Dulu saat pertama kali kubaca dongeng ini yang ada dalam pikiranku adalah ” mengapa harus demikian cerita akhirnya, mengapa pangeran tidak menikah saja dengan putri duyung dan mengapa putri duyung rela berkorban demi sesuatu yang belum pasti?” Sungguh mahal pengorbanan putri duyung untuk menggapai cintanya. rasanya ingin protes pada pengarangnya, mengapa harus sad ending?
Berkali-kali cerita dongeng ini kubaca, berkali-kali pula kutemukan pelajaran dan pesan yang berbeda. selalu ada pemahaman baru seiring dengan berjalan waktu dan bertambahnya kedewasaan kita. Akhirnya aku benar-benar salut dengan penulisnya. Rupanya ada sisi lain yang ingin dipesan oleh pengarang. dalam kisah ini Hans Christian Andersen seolah ingin memberikan pelajaran pada kita bahwa :
1. Janganlah menilai atau mengagungkan dunia luar lebih baik dari kehidupan kita sekarang. Kita terkadang tidak menghargai apa yang kita miliki dan lebih menghargai apa yang ada di luar jangkauan. Anggaplah ketertarikan seseorang pada diri kita karena kepribadian kita, dan hormatilah dirimu dengan kelebihanmu itu.
2. Janganlah kita mengambil resiko besar untuk sesuatu yang belum pasti ( Putri duyung rela meninggalkan dasar laut untuk bertemu pangeran yang telah membuat jatuh cinta, padahal belum tentu pangeran akan menerimanya)
3. Kita sering menutupi diri kita dengan topeng kebagusan yang sebenarnya dipaksakan. Dengan kata lain, kita tampil tidak apa adanya diri kita. Dan ini sangat menyiksa, karena kita dipaksa menjadi orang lain bukan diri kita sendiri ( putri duyung berusaha menutupi kelainan dirinya sebagai putri duyung dan menggantikan buntutnya dengan sepasang kaki demi sang pangeran) Jika pangeran kita tidak dapat melihat kelebihan kita, itu berarti dia bukanlah pangeran sejati kita.
4. Jangan kita menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuan kita, bahkan dengan melakukan hal-hal yang tidak terpuji ( meminta bantuan dengan penyihir jahat, contoh dalam cerita ini) Ingatlah sesuatu yang busuk suatu saat akan tercium juga.
5. Kita tidak boleh mengorbankan apa yang menjadi kelebihan kita dan menggantikannya dengan yang lain untuk hal yang belum pasti ( Putri duyung rela mengorbankan suaranya untuk sepasang kaki)
6. Tidak sepantasnya mengorbankan kemampuan kita demi sesuatu yang masih abu-abu ( putri duyung mengorbankan suaranya yang merdu untuk bernyanyi sebagai cara untuk menjalin hubungan dengan pangeran)
Harus kita sadari dan bersyukur atas keindahan dan segala kelebihan yang melekat dalam diri kita. Jangan selalu menganggap kehidupan kita lebih buruk daripada kehidupan orang lain. Seperti kata pepatah “ rumput tetangga memang selalu kelihatan lebih hijau ”
Tidak semua yang kita inginkan akan kita dapatkan, jika harus gagal terimalah dengan legowo, jadikan pelajaran dari kesalahan kita untuk memperbaikinya di masa yang akan datang.
***
“Kebahagiaan yang utama dalam hidup adalah keyakinan bahwa engkau dicintai karena dirimu, atau tepatnya, dicintai tanpa memandang siapa dirimu sebenarnya” ( Victor Hugo)
* Sumber : Cerita dongeng
0 komentar:
Posting Komentar